Abstrak
Penentuan
lokasi budidaya rumput
laut tidak jarang
mengalami kendala yang membutuhkan banyak
biaya, waktu, serta tenaga.
Teknologi berupa penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi
solusi yang baik dalam penentuan lokasi
yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kesesuaian lokasi
budidaya rumput laut perairan Teluk Gerupuk, Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Penentuan kesesuaian
lokasi budidaya rumput
laut menggunakan citra
satelit Landsat 8
untuk mengekstraksi .informasi
parameter suhu permukaan laut (SPL), dan muatan padatan tersuspensi (MPT). Peta
tematik tersebut di tumpang susun
sehingga dihasilkan peta
kesesuaian lokasi budidaya
rumput laut. Hasil
dari penelitian ini menghasilkan
lokasi sesuai untuk budidaya rumput laut di Teluk Gerupuk adalah 342.44 ha
(25.22%), luas lokasi cukup sesuai
adalah 190.78 ha (14.05%), dan luas lokasi tidak sesuai adalah 669.32 ha
(49.3%). Kata kunci: penentuan lokasi,
penginderaan jauh, rumput laut, SIG
1. Pendahuluan
Peluang pengembangan usaha perikanan
dan kelautan Indonesia memiliki prospek yang baik. Salah satu
sumberdaya hayati laut Indonesia
yang mempunyai peluang
pengembangan produksi dan peluang
ekspor yang baik adalah rumput laut. Penentuan lokasi budidaya rumput laut
sangat penting dilakukan karena
karakteristik rumput laut yang hidup dengan cara melekat pada substrat dan
tidak dapat berpindah tempat. Tumbuhan
ini hidup dengan
cara menyerap nutrien
dari perairan dan
melakukan fotosintesis, sehingga pertumbuhannya membutuhkan
faktor-faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air, suhu, kadar garam (salinitas), nitrat, dan fosfat
serta pencahayaan sinar matahari (Atmadja et al. 1996). Nutrien yang diperlukan oleh rumput laut dapat
langsung diperoleh dari air laut melalui gerakan air atau biasa disebut arus. Gerakan air tersebut berperan
dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan (Dahuri 2003).
Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan
kesesuaian lokasi budidaya rumput
laut di perairan
Teluk Gerupuk, Lombok
Tengah, Nusa Tenggara
Barat menggunakan penginderaan
jauh dan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Dari hasil Informasi Geografis (SIG). Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi berupa peta arapkan dapat memberikan informasi berupa
peta
kesesuaian lokasi budidaya rumput
laut khususnya di wilkesesuaian lokasi budidaya rumput laut khususnya di
wilayah tersebut dan umuayah tersebut dan umumnya di perairan Lombok nya di
perairan Lombok
secara keseluruhan, serta menjadi
masukan bagi pembudisecara keseluruhan, serta menjadi masukan bagi
pembudisecara keseluruhan, serta menjadi masukan bagi pembudidaya rumput laut
sebagai bahan pertimbangan daya rumput laut sebagai bahan pertimbangan daya
rumput laut sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih lokasi budidaya rumput laut yang tepat. ih lokasi budidaya rumput laut
yang tepat.
2. Metode
2.1 Daerah Penelitian dan Survey
LapanganDaerah Penelitian dan Survey Lapangan
Pengukuran data lapang diambil di
perairan Teluk GePengukuran data lapang diambil di perairan Teluk
GerupuPengukuran data lapang diambil di perairan Teluk Gerrupuk, Lombok Tengah,
NTB. Pengumpulan upuk, Lombok Tengah, NTB. Pengumpulan k, Lombok Tengah, NTB.
Pengumpulan data tersebut dilakukan
dengan cara pengukuran parameter kudata tersebut dilakukan dengan cara
pengukuran parameter kualitas peraalitas perairan yang menjadi syarat utama iran
yang menjadi syarat utama kelayakan
kelayakan suatu suatu lokasi lokasi
untuk untuk dijadikan dijadikan lokasi lokasi
budidbudidaya aya rumput
rumput laut laut (Gambar (Gambar 2.1--1).
Survei lapang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2013 di Balai
Budidaya Laut Lombok, Stasiun GerJuli 2013 di Balai Budidaya Laut Lombok,
Stasiun GeruJuli 2013 di Balai Budidaya Laut Lombok, Stasiun Gerupupuk, Nusa
Tenggara puk, Nusa Tenggara uk, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan titik pengambilan
sampel di Teluk Gerupuk, NTB (Tabel lan sampel di Teluk Gerupuk, NTB (Tabel
2.1-1).
Parameter yang diukur
meliputi suhu, kecepatan
arus, salinitas, derajat
keasaman (pH) dan dissolved
oxygen (DO). Metode pengumpulan data lapangan dilakukan sebagai berikut:
a. Pengukuran suhu,
salinitas, pH dan
dissolved oxygen (DO)
dilakukan menggunakan water checker
HANNA HI 9828, pada kedalaman 10 cm, 25 cm, 50 cm, 100 cm, 200 cm, dan 300
cm pada tanggal 26-29 Juni 2013 pukul
09.00-13.30 WITA.
b. Pengukuran kecepatan
arus permukaan dilakukan
secara langsung di
setiap titik pengamatan menggunakan
floating dredge yang
dibentangkan menggunakan tali
sepanjang 2 meter
dan dicatat waktu tempuhnya dengan
menggunakan stop watch.
c. Penentuan posisi pengambilan
sampel menggunakan GPS (Global Positioning System) GARMIN GPS 12 XL.
2.2 Kriteria Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Penentuan kesesuaian lokasi budidaya
rumput laut dilakukan dengan menentukan kesesuaiannya berdasarkan kriteria nilai parameter yang
telah terdapat di SNI (2010) dan Sulma et al. (2005).
2.3 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam
penentuan lokasi budidaya rumput laut khususnya budidaya rumput laut menggunakan metode long line yang
mengacu pada metode Samad (2011) berdasarkan data satelit penginderaan jauh dan SIG .
2.4. Pengolahan Citra Satelit
Citra satelit yang digunakan adalah
citra Landsat 8 tanggal 28 Juni 2013. Pengolahan data Landsat 8 dilaksanakan untuk memperoleh parameter
fisik perairan laut, meliputi informasi Suhu Permukaan Laut (SPL), Muatan Padatan Tersuspensi (MPT), dan keterlindungan.
Tahap
awal pengolahan data
satelit penginderaan jauh
dilakukan proses koreksi
berupa koreksi geometrik
dan radiometrik. Koreksi
geometrik dilakukan untuk
menyamakan posisi pada
citra dengan posisi
pada bumi menggunakan
acuan peta rupa
bumi. Koreksi radiometrik
dilakukan dengan menggunakan
nilai digital menjadi
nilai radiansi atau
reflektansi yang bertujuan
untuk menghilangkan kesalahan
sudut elevasi matahari
dan jarak matahari
bumi pada data yang berlainan
waktu, serta dilakukannya koreksi atmosferik akibat
serapan dan pantulan yang dilakukan oleh partikel di atmosfer.
Seluruh algoritma yang digunakan dalam
pengolahan citra satelit adalah sebagai berikut:
1. Penentuan suhu permukaan laut data Landsat 8
digunakan band 11:
T=K2/ln (K1?/Lλ )+1 = / ( + )
......................................................................................
(2-1)
dimana T
: suhu efektif;
K1 dan K2
: nilai konstanta
kalibrasi diperoleh dari
metadata; L :
Radian, watt/(m *ster*µm),
2. Analisis parameter muatan padatan tersuspensi
berdasarkan data Landsat 8
TSM (mg/l) = A * exp
(S*R(0-) red band)
.......................................................................
(2-2)
dimana TSM
: Muatan padatan
tersuspensi; dan nilai-nilai
dari konstanta A=8,1429,
S=23,704 dan R=0,94, (Budhiman 2004).
2.5 Pengolahan Sistem Informasi Geografis
Pengolahan
Sistem Informasi Geografis
(SIG) dilakukan setelah
pengolahan citra satelit
dengan parameter yang
diolah adalah suhu
permukaan laut, muatan
padatan tersuspensi, dan
keterlindungan. Pengolahan awal SIG ini adalah dengan
dilakukannya pembuatan peta tematik
menggunakan software ArcView GIS 3.2. Peta tematik ini kemudian di
tumpang susun (overlay) dan ditentukan kesesuaiannya
2.6 Penentuan Kesesuaian Lokasi
Budidaya Rumput Laut
Menurut Suwargana et al. (2006),
masing-masing kelas tersebut didefinisikan sebagai berikut:
#Kelas sesuai (S1) merupakan kelas pada lahan yang tidak memiliki faktor
pembatas yang berarti untuk suatu
keuntungan secara lestari. Hambatan tidak mengurangi produktivitas atau
keuntungan yang diperoleh dan tidak
akanmeningkatkan masukan yang diperlukan sehingga melampaui batas-batas
yang masih dapat diterima.
#Kelas cukup sesuai (S2) merupakan kelas pada
lahan yang memiliki faktor pembatas yang dapat
mengurangi tingkat produksi atau
keuntungan yang diperoleh. Pembatas yang
ada dapat meningkatkan masukan atau
biaya yang diperlukan.
# Kelas tidak sesuai (S3) merupakan
kelas pada lahan yang memiliki faktor pembatas yang bersifat permanen.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Sebaran Suhu
Sebaran suhu di perairan Teluk Gerupuk,
NTB dari data penginderaan jauh terdapat empat kelas
yaitu 28-28,5oC,
28,5-29 oC, 29-29,5
oC, dan 29,5-30
oC (Gambar 3.1-1) dengan
luas berturut-turut sebesar 2,19
ha (0,16%), 39,85 ha (2,93%), 1146 ha (84,41%), dan 14,50 ha (1,07%) .
Nilai
suhu perairan yang
diperoleh dari hasil
survei lapang pada
tanggal 28 Juni
2013 berkisar 29,04-29,69 oC (Gambar 3.1-2). Nilai kisaran
suhu tersebut masuk ke dalam kriteria sesuai menurut SNI (2010) yaitu sebesar 26-32 oC. Nilai suhu
yang diperoleh dari data citra dengan nilai suhu yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki nilai yang
masuk ke dalam kriteria sesuai untuk budidaya rumput laut menurut SNI (2010).
Suhu suatu
perairan dipengaruhi oleh
radiasi matahari, posisi
matahari, letak geografis,
musim, kondisi awan, serta proses
interaksi antara air dan udara, penguapan, dan hembusan angin (Dahuri et
al. 2004). Nilai
suhu permukaan laut
di perairan Teluk
Gerupuk berdasarkan data
citra satelit Landsat
8 berkisar antara 28-30 oC .Menurut
SNI (2010), suhu perairan yang sesuai untuk budidaya rumput
laut adalah 26-32
oC. Kondisi ini
menunjukkan bahwa suhu
permukaan laut berdasarkan
hasil citra termasuk kategori
sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut.
3.2 Sebaran Muatan Padatan
Tersuspensi
Nilai
sebaran muatan padatan
tersuspensi dari data
penginderaan jauh dibagi
menjadi 17 kelas dengan
nilai terendah adalah 0 mg/l dan nilai tertinggi adalah 200 mg/l (Gambar
3.2-1). Luas wilayah yang memiliki
daerah terluas adalah dengan kisaran muatan padatan tersuspensi 5-10 mg/l yaitu
305,49 ha dan yang tersempit adalah
100-150 yaitu 10,53 ha.
4. Kesimpulan
Hasil dari
pengolahan citra satelit
Landsat 8 dan
pengolahan SIG serta
hasil survei lapangan
diperoleh bahwa lokasi
yang tidak memiliki
faktor pembatas dan hambatan tidak
mengurangi produktivitas memiliki
luas sebesar 342.44
ha, sedangkan lokasi
yang memiliki faktor
pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi sebesar
190.78 ha, dan lokasi yang memiliki faktor pembatas yang permanen sebesar
669.32 ha. Disarankan
untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan
melakukan pengukuran parameter
kualitas air, iklim
dan cuaca secara
periodik, dan juga
dilakukan penanaman rumput laut untuk membandingkan hasil
kesesuaian lokasi budidaya rumput laut berdasarkan hasil citra satelit dengan hasil yang sebenarnya di
lapangan.
5. Daftar Pustaka
Budhiman S.
2004. Mapping TSM
concentrations from multisensor
satellite images in
turbid tropical coastal waters
of Mahakam Delta,
Indonesia [Tesis]. Enschede
: International Institute
for Geo- Information Science and Earth
Observation.
Effendi I. 2009. Pengantar
akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hasyim B. 2003. Kajian daerah
penangkapan ikan dan budidaya laut berdasarkan data penginderaan jauh dan
sistem informasi geografis
wilayah Kabupaten Situbondo
[Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Putra GP.
2011. Potensi kawasan
budidaya keramba perikanan
laut menggunakan sistem
informasi geografis (SIG)
di wila yah
Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta [Skripsi]. Bogor
: Institut Pertanian Bogor.
Samad F.
2011. Analisis kesesuaian lahan
budidaya rumput laut
menggunakan penginderaan
jauh dan
SIG di Taman Nasional Karimun Jawa [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian
Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia
. 2010. Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottoni) – Bagian 2: Metode Long-line. Badan Standarisasi Nasional.
SNI : 7579.2:2010.
Sulma S,
Hasyim B, Susanto
A, Budiono A.
2005. Pemanfaatan data
penginderaan jauh untuk pengembangan
budidaya laut. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan
Jauh. Kedeputian Bidang Penginderaan
Jauh. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Suwargana N,
Sudarsono, Siregar VP.
2006. Analisis lahan tambak
konvensional melalui uji
kualitas lahan dan produksi
dengan bantuan penginderaan
jauh dan SIG.
Jurnal Penginderaan Jauh
dan Pengolahan Data Citra Digital
3(1): 1-13.
Tuhumury RAN. 2011. Studi
parameter oseanografi fisika dan kimia untuk kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Teluk Youtefa Kota Jayapura.
SAINS 11(2): 69-77.
link Jurnal :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDQQFjAD&url=http%3A%2F%2Fsinasinderaja.lapan.go.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2014%2F06%2Fbukuprosiding_710-720.pdf&ei=oJV8VKX3F4OcuQT4nIGYCQ&usg=AFQjCNF332EGEALmiV4rrRtDwzqeG86Bww&sig2=J-y-vXTM4HV-phnUVdQi3w&bvm=bv.80642063,d.c2E
link Jurnal :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDQQFjAD&url=http%3A%2F%2Fsinasinderaja.lapan.go.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2014%2F06%2Fbukuprosiding_710-720.pdf&ei=oJV8VKX3F4OcuQT4nIGYCQ&usg=AFQjCNF332EGEALmiV4rrRtDwzqeG86Bww&sig2=J-y-vXTM4HV-phnUVdQi3w&bvm=bv.80642063,d.c2E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar