Perjuangan selalu mendapat
dua tantangan. Tekanan dari luar dan duri dalam daging. Ada banyak pola yang
mencoba untuk meruntuhkan bangunan Islam, termasuk aliran-aliran sesat yang
mengeruhkan sejarah gemilang.
Aliran sesat tampak makin
marak, bahkan mengalami euforia (mabuk kebebasan) di masa Presiden Abdurrahman
Wahid atau Gus Dur yang menduduki jabatan sejak Oktober 1999 sampai 23 Juli
2001. Dari ruwatan kemusyrikan sampai JIL (Jaringan Islam Liberal) yang tak
mengakui hukum Tuhan muncul secara resmi. Hingga ada tokoh aliran sesat yang
keceplosan, “Mumpung presidennya Gus Dur.” Orang mulai bingung. Lantas terbit
buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, 2002, terbelalaklah masyarakat. Ada
yang simpati, tapi ada yang gerah. Dari pihak sesat pun berkelit bahwa yang
berhak menentukan sesat itu hanyalah Tuhan. Si sesat masih berteriak pula bahwa
yang mengorek kesesatan itu pemecah belah.