Sabtu, 05 Mei 2012

Permainan Tradisional

Permaninan Tradisional merupakan permainan turun menurun , permainan ini banyak manfaatnya namun Permainan Tradisional sudah kurang populer lagi karena adanya Teknologi Permainan .

Congklak, galasin, bola bekel, lompat karet, petak umpet, dan beragam permainan lain tentunya masih ada dalam ingatan Anda. Kini, coba perhatikan permainan yang mendominasi putra putri Anda. Video games, Ipad, Ipod, laptop/komputer? Itulah perkembangan jaman. Adanya kemajuan informasi dan teknologi merambah ke semua aspek kehidupan, juga termasuk di dalamnya pola permainan anak Anda! Mungkin kalaupun anak Anda tidak termasuk akrab dengan permainan “masa kini” yang disebutkan di atas, minimal Anda dan buah hati Anda sering melihat atau mendengar cerita betapa maraknya teknologi tersebut mewarnai keseharian anak-anak.


Faktor kecanggihan, praktis dibawa kemana saja dan juga terdapat unsur menghibur untuk tujuan mendidik yang menyebabkan permainan dalam basis teknologi ini menjadi pilihan beberapa orangtua saat ini. Bahkan di kesempatan orangtua tidak dapat meluangkan waktu sepenuhnya bagi anak, teknologi-lah yang menggantikan kehadirannya agar si anak cukup sibuk dan bisa mengisi waktu luangnya. Contoh, pernahkah Anda menjumpai anak yang bermain Ipad saat sedang menunggu bersama orangtua? Atau, anak bermain games di mobil sementara ayah dan ibunya asik berbincang? Atau bisa jadi Anda termasuk contoh yang disebut?

Sekarang mari kilas balik pada permainan tradisional, dan menilik manfaat di dalamnya jika dibandingkan dengan permainan teknologi yang kini marak:

Bentuk permainan tradisional banyak melibatkan seluruh fisik. Sedangkan permainan berbasis teknologi sebagian besar dilakukan dalam keadaan duduk. Artinya, dari segi olah fisik, permainan tradisional memberikan banyak peluang anak untuk lebih aktif bergerak secara dinamis.
Permainan tradisional memungkinkan seluruh indera tubuh bekerja, sedangkan dalam permainan “masa kini”, tidak mungkin semua bekerja karena sudah ada bantuan dari teknologi itu sendiri. Contoh dalam permainan ABC Pancasila, anak bernyanyi dan menggerakkan tubuh sambil memproses jawaban yang akan diutarakan pada kelompok bermainnya.
Umumnya permainan tradisonal menuntut lebih dari 1 pemain yang terlibat di dalamnya. Hal ini membuka peluang bagi anak untuk belajar bersosialisasi, berbagi, toleransi dan bekerjasama. Sedangkan permainan teknologi kini sebagian besar bisa dimainkan seorang diri saja.
Karena dimainkan lebih dari 1 orang tersebut, maka dalam permainan tradisional terdapat unsur saling berkomunikasi. Sedangkan dalam games berteknologi canggih, kesempatan komunikasi sangat terbatas bahkan hampir tidak ada karena yang dihadapi alat. Dengan kata lain, bermain tradisional memberi kesempatan anak lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, mendengarkan pesan dan menyampampaikan apa yang dirasakan/inginkan.
Permainan tradisional memungkinkan modifikasi aturan sesuai kesepakatan pemainnya, sedangkan permainan berteknologi seluruh aturan sudah paten dari alat yang tersedia dan tidak bisa diubah. Artinya, dalam bermain tradisional kreativitas dapat dikembangkan seluas-luasnya. Misalnya saat bermain kelereng, siapa yang mendapat warna merah, ia punya kesempatan lebih dulu untuk memulai permainan, dan sebagainya.


Nah orangtua, ngga ada ruginya memperkenalkan anak kembali pada permainan Anda masa kecil. Bukan berarti anti teknologi dan meninggalkannya sama sekali. Tidak dipungkiri, adanya teknologi pun banyak memberikan manfaat jika digunakan sesuai porsinya. Ibarat pisau yang memiliki banyak fungsi saat memasak di dapur, bekerja di kebun dan sebagainya, namun jika disalah gunakan justru bisa melumpuhkan/melukai karena ketajamannya. Cermatlah memilih permainan bagi anak Anda! Dan yang perlu diingat, masa kecil adalah usia emas mengeksplorasi dan pengembangan seluruh aspek kehidupannya!

http://lgindonesiablog.com/2011/10/26/mengenalkan-anak-bermain-permainan-tradisional/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar