Permaninan Tradisional merupakan permainan turun menurun , permainan ini banyak manfaatnya namun Permainan Tradisional sudah kurang populer lagi karena adanya Teknologi Permainan .
Congklak,
galasin, bola bekel, lompat karet, petak umpet, dan beragam permainan lain
tentunya masih ada dalam ingatan Anda. Kini, coba perhatikan permainan yang
mendominasi putra putri Anda. Video games, Ipad, Ipod, laptop/komputer? Itulah
perkembangan jaman. Adanya kemajuan informasi dan teknologi merambah ke semua
aspek kehidupan, juga termasuk di dalamnya pola permainan anak Anda! Mungkin
kalaupun anak Anda tidak termasuk akrab dengan permainan “masa kini” yang
disebutkan di atas, minimal Anda dan buah hati Anda sering melihat atau
mendengar cerita betapa maraknya teknologi tersebut mewarnai keseharian
anak-anak.
Faktor
kecanggihan, praktis dibawa kemana saja dan juga terdapat unsur menghibur untuk
tujuan mendidik yang menyebabkan permainan dalam basis teknologi ini menjadi
pilihan beberapa orangtua saat ini. Bahkan di kesempatan orangtua tidak dapat
meluangkan waktu sepenuhnya bagi anak, teknologi-lah yang menggantikan
kehadirannya agar si anak cukup sibuk dan bisa mengisi waktu luangnya. Contoh,
pernahkah Anda menjumpai anak yang bermain Ipad saat sedang menunggu bersama
orangtua? Atau, anak bermain games di mobil sementara ayah dan ibunya asik
berbincang? Atau bisa jadi Anda termasuk contoh yang disebut?
Sekarang mari
kilas balik pada permainan tradisional, dan menilik manfaat di dalamnya jika
dibandingkan dengan permainan teknologi yang kini marak:
Bentuk permainan
tradisional banyak melibatkan seluruh fisik. Sedangkan permainan berbasis
teknologi sebagian besar dilakukan dalam keadaan duduk. Artinya, dari segi olah
fisik, permainan tradisional memberikan banyak peluang anak untuk lebih aktif
bergerak secara dinamis.
Permainan
tradisional memungkinkan seluruh indera tubuh bekerja, sedangkan dalam
permainan “masa kini”, tidak mungkin semua bekerja karena sudah ada bantuan
dari teknologi itu sendiri. Contoh dalam permainan ABC Pancasila, anak
bernyanyi dan menggerakkan tubuh sambil memproses jawaban yang akan diutarakan
pada kelompok bermainnya.
Umumnya
permainan tradisonal menuntut lebih dari 1 pemain yang terlibat di dalamnya.
Hal ini membuka peluang bagi anak untuk belajar bersosialisasi, berbagi,
toleransi dan bekerjasama. Sedangkan permainan teknologi kini sebagian besar
bisa dimainkan seorang diri saja.
Karena
dimainkan lebih dari 1 orang tersebut, maka dalam permainan tradisional
terdapat unsur saling berkomunikasi. Sedangkan dalam games berteknologi
canggih, kesempatan komunikasi sangat terbatas bahkan hampir tidak ada karena
yang dihadapi alat. Dengan kata lain, bermain tradisional memberi kesempatan
anak lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, mendengarkan pesan
dan menyampampaikan apa yang dirasakan/inginkan.
Permainan
tradisional memungkinkan modifikasi aturan sesuai kesepakatan pemainnya,
sedangkan permainan berteknologi seluruh aturan sudah paten dari alat yang
tersedia dan tidak bisa diubah. Artinya, dalam bermain tradisional kreativitas
dapat dikembangkan seluas-luasnya. Misalnya saat bermain kelereng, siapa yang
mendapat warna merah, ia punya kesempatan lebih dulu untuk memulai permainan,
dan sebagainya.
Nah orangtua,
ngga ada ruginya memperkenalkan anak kembali pada permainan Anda masa kecil.
Bukan berarti anti teknologi dan meninggalkannya sama sekali. Tidak dipungkiri,
adanya teknologi pun banyak memberikan manfaat jika digunakan sesuai porsinya.
Ibarat pisau yang memiliki banyak fungsi saat memasak di dapur, bekerja di
kebun dan sebagainya, namun jika disalah gunakan justru bisa
melumpuhkan/melukai karena ketajamannya. Cermatlah memilih permainan bagi anak
Anda! Dan yang perlu diingat, masa kecil adalah usia emas mengeksplorasi dan
pengembangan seluruh aspek kehidupannya!
http://lgindonesiablog.com/2011/10/26/mengenalkan-anak-bermain-permainan-tradisional/
http://lgindonesiablog.com/2011/10/26/mengenalkan-anak-bermain-permainan-tradisional/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar