Sabtu, 29 Maret 2014

dampak Krisis politik di Ukraina

Secara geografis letak Rusia Ukraina Indonesia yang sangat jauh (lebih dari 9000 km) membuat dampak krisis yang terjadi tidak memiliki dampak langsung bagi masyarakat yang berada di Indonesia. Meski masyarakat dunia dan sekitar Eropa merasa was was menunggu keputusan dan usaha yang diambil pemimpin dunia untuk meredakan situasi di Crimea, bagi masyarakat Indonesia mungkin berita ini hanya sekedar headlines yang tetap terus dipantau perkembangannya, apalagi bagi mereka yang memiliki kerabat di daerah sekitar.


Bagi masyarakat Indonesia di kedua negara ini akan terasa sangat berbeda terutama yang berada di Ukraina. Kedutaan Besar Indonesia untuk Ukraina telah mengeluarkan imbauan untuk kewaspadaannya bagi para warga negara Indonesia di Ukraina untuk mencegah kemungkinan buruk yang terjadi.

Bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Rusia mungkin harus sedikit meningkatkan kewaspadaannya selama tinggal di Rusia.

Ada hal yang harus diperhatikan, yang pertama adalah kemungkinan meningkatnya haters (benci terhadap orang asing), masyarakat Rusia terkenal dengan rasa nasionalisme yang tinggi dan mempunyai sentiment negatif terhadap warga negara asing. Seiring dengan waktu, perubahan cepat terjadi di Rusia dimana terbukanya masyarakat mereka dengan mulai diajarkannya bahasa asing di sekolah dan perubahan kebiasaan yang lebih menerima pengenalan produk dan budaya asing.

Krisis Ukraina yang mungkin akan didukung oleh negara negara Barat mungkin akan memicu kembali meningkatnya rasa kurang penghargaan terhadap warga negara asing yang biasanya dipukul rata perlakuannya. Meski tidak semua masyarakat Rusia melakukannya namun kehati hatian harus dilakukan terutama apabila bertemu dengan komunitas skin head yang kerap melakukan aksi “sweeping” di malam hari.

Selain itu kewaspadaan yang harus ditekankan bahwasanya negara Rusia khususnya kota Moskow terkenal dengan penjagaan yang ketat diseluruh penjuru kota, tidak terhitung berapa polisi ataupun kamera yang ada untuk membantu mengawasi pergerakan masyarakat. Meski semua ini usaha untuk meminimalkan tingkat kriminal, namun tetap terjadi beberapa kali terror seperti kejadian beberapa tahun lalu di stasiun kereta api atau bandara di kota Moskow, serta terjadi beberapa bulan lalu di kota Volgograd.

Keberhasilan kota Sochi dalam menyelenggarakan olimpiade musim dingin tidak terlepas dari kesuksesan dalam bidang keamanan. Krisis Ukraina mungkin akan menyedot perhatian pemerintahan Rusia saat ini. Meski militer dan polisi berdiri secara terpisah, namun pemecahan konsentrasi ini bisa menimbulkan celah bagi terror yang mungkin dapat dilakukan oleh kelompok separatis ataupun pihak pihak yang sengaja memancing suasana. Kewaspadaan mungkin bisa meminimalkan resiko buruk yang terjadi untuk tetap tinggal di negara yang terkenal dengan lapangan merahnya ini sembari menunggu perkembangan selanjutnya.

Secara ekonomi global mau tidak mau Indonesia akan ikut terkena imbasnya. Perekonomian dunia yang melambat sejak tahun lalu juga makin terseret pelemahannya dengan krisis ini. Dari dalam negeri Rusia sendiri, hari ini indeks Rusia turun lebih dari 8 persen, Bank sentral menaikan standar suku bunga bank dan mata uang Rusia (rubel) jatuh dalam posisi terburuknya sejak 5 tahun ini. Jatuhnya indeks Rusia dibarengi dengan melambatnya indeks dunia dan tentu saja menyeret kawasan Asia di dalamnya. Pilihan bursa akan bergeser kedalam bentuk emas atau komoditi yang lebih berbentuk safe heaven untuk sementara. Bursa Efek Indonesia yang sempat mengalami periode emas, juga akan mengalami koreksi seiring dengan perkembangan bursa dunia yang harus diwaspadai oleh investor.

Dampak domestik apabila krisis Ukraina meningkat akan membuat limbung perekonomian negara Rusia yang baru mulai berlari dengan ekspansinya ke beberapa negara termasuk Indonesia. Hubungan Indonesia dan Rusia yang menghangat kembali sejak tahun 2003 mengalami peningkatan dalam segala bidang setiap periodenya, saat ini nilai perdagangan Rusia Indonesia mencapai 2,44 juta USD (per Agustus 2013) dan Investasi Rusia sebesar 1, 5 juta USD (2013), meski terbilang tidak besar namun peningkatannya dimasa depan akan significant setelah banyaknya future investment dari Rusia, seperti dari Rusal,Russian Railway dan perusahaan lainnya. Kondisi melambatnya ekonomi Rusia diyakini akan dapat berdampak negatif terhadap investasi dan ekspansi bisnis Rusia di Indonesia meski diharapkan ini tidak terjadi karena mereka akan berkonsentrasi dalam kestabilan ekonomi dalam negeri. Tidak hanya itu kebijakan dunia secara politis apabila mengenakan sanksi atau boikot kepada Rusia, akan berimbas (mungkin) secara politis dan psikologis kepada Indonesia.

Yang mungkin terkena imbasnya secara ekonomi adalah negara negara Eropa dimana lebih dari 30 persen kebutuhan gas dan minyak di Eropa berasal dari Rusia. Apabila terjadi perselisihan dan Rusia melakukan pembatasan eksport gas dan minyaknya ke Eropa maka kemungkinan harga minyak dunia akan merangkak naik, karena tidak mudahnya mencari pengganti negara pemasok energi ini.

Bagi Indonesia kenaikan harga minyak dan gas akan berimbas pada bengkaknya subsidi yang harus ditanggung pemerintah dan memperbesar angka defisit perdagangan. Harga minyak yang terlalu murah akan menekan pemerintah untuk menyalurkan dana pembangunan atau pendidikan dalam subsidi minyak yang belum tentu dinikmati semua kalangan. Tahun 2014 sebagai tahun politis, dimana sensivitas masyarakat mudah digerakan terutama dalam pemilihan presiden dan partai politik. Mereka dapat menggunakan issue kenaikan bahan bakar sebagai kambing hitam dalam menjatuhkan lawan politiknya, opsi pilihan untuk kenaikan harga bbm akan terasa berat dilakukan Pemerintah. Hasilnya mungkin adalah makin besarnya subsidi yang bisa membawa beban berat bagi siapapun Presiden selanjutnya yang terpilihnya. Meski secara actual issue kenaikan bahan bakar ini adalah dampak global dengan salah satunya pemicu (apabila meningkatnya)krisis Rusia Ukraina.

Laju pertumbuhan Cina yang semakin lambat, belum pulihnya perekonomian Eropa dan beban berat Amerika mengenai kebijakan stimulus dalam negeri akan membawa dampak besar bagi perekonomian secara global. Keadaan semakin buruk apabila benar terjadi pengerahan militer Rusia menghadapi tentara Ukraina yang tentu saja tidak akan berjalan sendiri mengingat kesenjangan military capability. Kemungkinan dengan bantuan NATO, perang apapun yang terjadi hanya akan menambah parah kondisi dunia dan pertumbuhan ekonomi yang tentu saja akan terasa lambatnya pemulihan ekonomi juga bagi Indonesia.

Tidak ada solusi yang terbaik saat ini selain wait and see, karena bagaimanapun juga Indonesia tidak bisa mengintervensi keputusan apapun selain melalu mekanisme politik organisasi dunia. Yang bisa dilakukan adalah penguatan ekonomi Indonesia yang bisa dimulai dengan sosialisasi pengurangan subsidi minyak bumi terhadap masyarakat dan tentu saja pembenahan birokrasi Indonesia. Pahit memang tetapi mungkin lebih baik daripada kembali kepada kamuflase ekonomi pada masa sebelum reformasi. Kembali ke krisis Ukraina, tidak ada satu keuntunganpun dalam perang, yang ada hanyalah sedikit harga diri dipertahankan berbanding dengan nyawa, keluarga, harta dan airmata.

http://politik.kompasiana.com/2014/03/04/dampak-eskalasi-krisis-rusia-ukraina-bagi-indonesia-636246.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar